Selasa, 01 April 2014



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Air (H2O) merupakan sebagian unsur kimia yang berada dalam bentuk cair pada tekanan biasa dan pada suhu bilik. Air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Kita mampu bertahan hidup tanpa makan dalam bebrapa minggu, namun tanpa air kita akan mati dalam beberapa hari saja.
Air diperlukan untuk minum, mandi, mencuci pakaian, pengairan dalam bidang pertanian dan minuman untuk ternak. Selain itu, air juga sangat diperlukan dalam kegiatan industri dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan taraf  kesejahteraan hidup manusia.
Air bersih dan air layak minum  adalah dua hal yang tidak sama tetapi sering dipertukarkan. Tidak semua air bersih  layak minum, tetapi air layak minum biasanya berasal dari air bersih. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air bersih perlu diolah dahulu agar menjadi air layak minum.
Air yang digunakan harus memenuhi syarat dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan. Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika, kimia,biologi dan radioaktif. Kualitas air yang baik ini tidak selamanya tersedia dialam. Dengan adanya perkembangan industri dan pemukiman dapat mengancam kelestarian air bersih. Sehingga diperlukan upaya perbaikan secara sederhana maupun modern.
B.     Tujuan
1.      Mengetahui pengertian air asam tambang
2.      Proses terbentuknya air asam tambang
3.      Cara mengelola air asam tambang
4.      Penanganan air asam tambang
5.      Dampak dari pertambangan dan air asam tambang
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Air Asam Tambang
Air asam tambang atau acid mine drainage, istilah umum yang digunakan untuk menyebutkan air lindian (leachate), rembesan (seepage) atau aliran (drainage). Air ini terjadi akibat pengaruh oksidasi alamiah mineral sulfida (mineral belerang) yang terkandung dalam bantuan yang terpapar selama penambangan. Perlu diketahui, air asam sebenarnya tidak saja terbentuk akibat kegiatan penambangan saja. Bahkan, setiap kegiatan yang berpotensi menyebabkan terbuka dan teroksidasinya mineral sulfida, akan menyebabkan terbentuknya air asam. Beberapa kegiatan seperti pertanian, pembuatan jalan dan drainase, dan pengolahan tanah lainnya pada areal yang mengandung mineral belerang, tentu akan menghasilkan air asam. Karakteristik pun sama dengan air asam tambang

B.     PROSES TERBENTUKNYA AIR ASAM TAMBANG
Pembentukan Air Asam Tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan "Acid Mine Drainage (AMD)" atau " Acid Rock Drainage (ARD)" terbentuk saat mineral sulfida tertentu yang ada pada batuan terpapar dengan kondisi dimena terdapat air dan oksigen (sebagai faktor utama) yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi asam. Hasil reaksi kimia ini,beserta air yang bersifat asam dapat keluar dari asalnya jika terdapat air pengelontor yang cukup, umumnya air hujan yang pada timbunan batuan dapat mengalami infiltrasi/perkolasi. Air yang keluar dari sumbernya inilah yang lazim disebut dengan istilah AAT.
 AAT adalah air asam yang timbul akibat kegiatan penambangan, untuk membedakan dengan air asam yang timbul akibat kegiatan lain seperti penggalian untuk pembangunan fondasi bangunan, pembuatan tambak dan sebagainya. Beberapa mineral sulfida yang ditemukan pada proses AAT FeS2, Cu2S, CuS, CuFeS2, MoS2, NiS, PbS, ZnS and FeAsS. Pirit merupakan mineral sulfida yang umum ditemukan pada kegiatan penambangan terutama batubara. Terbentuknya AATditandai oleh pH yang rendah (1,5-4) konsentrasi logam terlarut yang tinggi, nilai acidity yang tinggi, nilai sulfat yang tinggi and konsentrasi O2 yang rendah. Jika AAT keluar dari tempat terbentuknya dan keluar kelingkungan umum maka faktor lingkungan akan terpengaruhi.

REAKSI KIMIA:
S + O2 ---> SO2                 S = SULFUR

SO2 + H2O ---> H2SO4


C.     Cara Mengelola Air Asam Tambang
Salah satunya, pengellaan air asam tambang. Dalam pengelolaannya, Berau Coal melakukan secara aktif dengan menambahkan senyawa alkali kapur padam (Ca(OH)2) yang diperoleh dari industri kapur padam masyarakat sekitar Berau. Air asam tambang yang terbentuk terlebih dahulu dialirkan ke sediment pond. Tujuannya, untuk mengendapkan partikel-partikel padat tersuspensi yang ada. Seterusnya, air asam dinetralkan dengan menambahkan kapur padam melalui Liming Box yang digerakkan oleh tekanan air.
Air asam tambang yang telah netral, akan kembali diendapkan melalui beberapa kompartemen settling pond sebelum dialirkan ke badan air. Untuk mengontrol kualitas air buangan terhadap baku mutu, perlu setiap hari memonitor dan menganalisis kualitas air tersebut.
Ada beberapa metode pengelolaan air asam tambang ini yaitu antara lain :
1.      Metode aktif, merupakan metode yang paling efektif. Namun kurang efisien, melihat pertimbangan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk bahan kimia dan energi eksternal yang diperlukan. Alternatif lain, pengolahan air asam tambang secara pasif.

2.      Metode pasif, tidak lagi membutuhkan penambahan bahan kimia secara terus menerus. Ini akan mengurangi peralatan operasional dan pemeliharaan. Pengolahan secara pasif mengandalkan terjadinya proses bio-geokimiawi, yang berlangsung menerus secara alami dalam peningkatan pH dan pengikatan serta pengendapan logam-logam terlarut. Jadi jelas, saat ini sistem pasif tercatat paling efektif dan efisien.

Beberapa kegiatan yang di lakukan dalam metode pasif yaitu :

a.       Papan Monitoring WMP
Penelitian dilakukan dengan 2 (dua metode, yakni metode Successive Alkalinity Producing System(SAPS) dan Aerobic Wetland (AW). Keduanya saling dikombinasikan dan selanjutnya disebut satu sel. Penelitian ini menggunakan dua sel bersusun seri. SAPS merupakan salah satu metode pengolahan pasif AAT yang terdiri atas lapisan bahan organik dan batugamping. Keduanya disusun secara vertikal dengan ketebalan tertentu. AAT yang diolah akan mengalir secara vertikal di dalam sistem berdasarkan tekanan grativitas hidrolik. Berbeda dengan SAPS, AAT yang mengalir pada AW akan mengalir secara horizontal pada permukaan sistem yang terdiri atas vegetasi tumbuhan air dan bahan organik sebagai media tanam tumbuhan.

b.         Tumbuhan Air (Tiva) Pada WMP
Pada sistem pengelolaan pasif, terdapat 2 (dua) proses utama yang menyebabkan terjadinya peningkatan pH, yakni larutnya batugamping dan reduksi sulfat secara biologis. Kedua proses ini menghasilkan alkalinitas dalan bentuk bikarbonat (HCO3-) sebagai senyawa penetral. Adapun mekanisme terjadinya penurunan logam terlarut, dimungkinkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Proses oksidasi dan hydrolisis logam yang menyebabkan terjadinya pengendapan logam
2.   Interaksi antara sulfida (S2-) yang dihasilkan pada proses reduksi sulfat dengan logam bervalensi 2 (seperti Fe2 + dan Mn2+) membentuk logam sulfida yang mengendap.
3.   Proses adsorpsi logam oleh bahan organik (kompos)
4.   Prosrs biosorpsi logam oleh vegetasi tumbuhan air dan mikroorganisme, seperti bakteri, fungi, dan alga yang tumbuh pada lapisan bahan organik.
Selain memperbaiki kualitas air asam tambang, teknologi pengolahan pasif berupa wetland, menjadi lingkungan baru bagi kehidupan flora dan pauna lainnya, seperti ikan, katak, dan serangga. Ekosistem batu ini sering dinamakan dengan ekosistem wekland. Namun demekian, terdapat 2 (dua) hal utama yang harus diperhatikan dalam penerapan pengolahan pasif tersebut, yaitu:
   Kualitas dan debit air asam tambang yang akan diolah
   Ketersediaan dan topografi yang area yang ada
Kedua faktor ini, akan menjadi parameter penentu terhadap jenis, ukuran dan desain sistem pengolahan yang sesuai dengan karakteristik masing-masing area.

c.       Pengukuran Debit Air
Kedepan, pengolahan air asam tambang PT. Berau Coal akan dititik beratkan pada kombinasi pengolahan aktif, berupa penambahan senyawa alkali penetral dan pengolahan pasif. Dengan metode ini, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengolahan air asam tambang. Semua ini dilakukan, sebagai wyjud komitmen Berau Coal untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.


D.    Penanganan Air Asam Tambang
Pengolahan air asam harus dilakukan sebelum air tersebut dibuang ke badan air, sehingga nantinya tidak mencemari perairan di sekitar lokasi tambang. Pengolahan air asam dapat dilakukan dengan cara penetralan. Penetralan air asam dapat menggunakan bahan kimia diantaranya seperti Limestone (Calcium Carbonat), Hydrate Lime (Calcium Hydroxide), Caustic Soda (Sodium Hydroxide), Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate), Anhydrous Ammoni.

1.       Limestone (Calcium Carbonat)
Limestone atau biasa dikenal dengan batu gamping telah digunakan selama berpuluh-puluh tahun untuk menaikkan pH dan mengendapkan logam di dalam air asam. Penggunaan limestone merupakan penanganan yang termurah, teraman dan termudah dari semua bahan-bahan kimia. Kekurangan dari limestone ini ialah mempunyai keterbatasan karena kelarutan yang rendah dan limestone terlapisi.

2.      Hydrate Lime (Calcium Hydroxide)
Hydrated lime adalah suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan untuk menetralkan air asam. Hydrated lime sangat efektif dari segi biaya dalam yang sangat besar dan keadaan acidity yang tinggi. Bubuk hydrated lime adalah hydrophobic, begitu lama pencampuran diperlukan untuk membuat hydrated lime dapat larut dalam air. Hydrated lime mempunyai batasan keefektifan dalam beberapa tempat dimana suatu pH yang sangat tinggi diperlukan untuk mengubah logam seperti mangan.

3.       Caustic Soda (Sodium Hydroxide)
Caustic Soda merupakan bahan kimia yang biasa digunakan dan sering dicoba lebih jauh (tidak mempunyai sifat kelistrikan), kondisi aliran yang rendah. Caustic menaikkan pH air dengan sangat cepat, sangat mudah larut dan digunakan dimana kandungan mangan merupakan suatu masalah. Penggunaannya sangat sederhana, yaitu dengan cara meneteskan cairan caustic ke dalam air asam, karena kelarutannya akan menyebar di dalam air. Kekurangan utama dari penggunaan cairan caustic untuk penanganan air asam ialah biaya yang tinggi dan bahaya dalam penanganannya. Penggunaan caustic padat lebih murah dan lebih mudah dari pada caustic cair.

4.       Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate)
Sodium Carbonate biasanya digunakan dalam debit kecil dengan kandungan besi yang rendah. Pemilihan soda ash untuk penanganan air asam biasanya berdasar pemakaian sebuah kotak atau tong dengan air masuk dan buangan.

5.      Anhydrous Ammoni
Anhydrous Ammonia digunakan dalam beberapa cara untuk menetralkan acidity dan untuk mengendapkan logam-logam di dalam air asam. Ammonia diinjeksikan ke dalam kolam atau kedalam inlet seperti uap air, kelarutan tinggi, rekasi sangat cepat dan dapat menaikkan pH.Ammonia memerlukan asam (H+) dan juga membentuk ion hydroxyl (OH-) yang dapat bereaksi dengan logam-logam membentuk endapan. Injeksi ammonia sebaiknya dekat dengan dasar kolam atau air inlet, karena ammonia lebih ringan dari pada air dan naik kepermukaan. Ammonia efektif untuk membersihkan mangan yang terjadi pada pH 9,5.

6.      Penggunaan Tawas Sebagai Bahan Koagulan
Air asam dalam kegiatan penambangan juga bisa dipastikan akan memiliki kekeruhan yang sangat tinggi, oleh karena itu untuk menurunkan kekeruhannya dapat menggunakan bahan kimia seperti alum atau lebih dikenal dengan tawas atau rumus kimianya (Al2SO4)3. Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran serta mudah penyimpanannya.
 Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbidity (kekeruhan) air. Semakin tinggi turbidity air maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif antara pH 5,8 -7,4. Apabila alkalinitas alami dari air tidak seimbang dengan dosis tawas perlu ditambahkan alkalinitas.


E.     Dampak dari pertambangan
 Dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan dari kegiatan pertambangan (aspek biogeofisik):
1.      Dampak terhadap badan air:
-          Kuantitas – misalnya turunnya muka air tanah atau debit sungai
-          Kualitas – baik secara fisik (misalnya meningkatnya kekeruhan) maupun
secara kimia (meningkatnya konsentrasi unsur/senyawa berbahaya bagi biota atau manusia)
2.      Dampak terhadap lahan – karena kegiatan penggalian dan penimbunan
3.      Dampak terhadap udara – menurunnya kualitas udara karena debu
4.      Dampak terhadap biota (karena pembersihan lahan)
Salah satu dampak yang sangat penting adalah dampak terhadap badan air, terutama dari aspek kualitas air.
Dampak yang dapat ditimbulkan dari AAT adalah terhadap biota perairan, baik secara langsung karena tingkat keasaman yang tinggi maupun karena peningkatan kandungan logam di dalam air (air yang bersifat asam mudah melarutkan logam-logam).
AAT menjadi salah satu dampak penting dari kegiatan pertambangan yang harus dikelola tidak saja karena dampaknya terhadap lingkungan perairan atau air tanah, tetapi juga karena:
-          Sekali telah terbentuk akan sulit untuk menghentikannya (kecuali salah satu komponennya habis)
-          Bisa berdampak sangat lama, melampaui umur tambang; pengalaman menunjukkan bisa berlangsung sampai ratusan tahun.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    kesimpulan
1.      Air asam tambang adalah air yang di hasilkan oleh kegiatan pertambangan yang terjadi di karenakan saat mineral sulfida tertentu yang ada pada batuan terpapar dengan kondisi dimena terdapat air dan oksigen (sebagai faktor utama) yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi asam
2.      Air asam tambang dapat di kelola dengan beberapa metode agar air asam tambang ini dapat di pergunakan.
3.      Dampak dari pertambangan yang sangat berbahaya yaitu air asam tambang di karenakan air asam tambang ini dapat merusak lingkungan seperti tanah ,udara maupun air .selain dari pada itu air asam tambang ini lebih sangat berbahaya dikarenakan sekali sudah terbentuk akan sulit menghentikannya dan dampak yang di timbulkan akan sangat lama untuk di perbaiki

B.     Saran
Perlakuan yang baik pada alam dan air akan memberikan dampak positif bagi diri manusia sendiri.



Referensi

http://dpduniapertambangan.blogspot.com/2013/01/pengelolaan-air-asam-tambang.html
http://wwwenvdept-environmental.blogspot.com/p/air-asam-tambang.html

0 comments:

Posting Komentar