BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Air (H2O) merupakan sebagian unsur kimia
yang berada dalam bentuk cair pada tekanan biasa dan pada suhu bilik. Air
merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Kita mampu bertahan hidup tanpa
makan dalam bebrapa minggu, namun tanpa air kita akan mati dalam beberapa hari
saja.
Air diperlukan untuk minum, mandi,
mencuci pakaian, pengairan dalam bidang pertanian dan minuman untuk ternak.
Selain itu, air juga sangat diperlukan dalam kegiatan industri dan pengembangan
teknologi untuk meningkatkan taraf
kesejahteraan hidup manusia.
Air bersih dan air layak minum adalah dua hal yang tidak sama tetapi sering
dipertukarkan. Tidak semua air bersih
layak minum, tetapi air layak minum biasanya berasal dari air bersih.
Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum. Air bersih perlu diolah dahulu agar menjadi air layak minum.
Air
yang digunakan harus memenuhi syarat dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat
kesehatan. Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika, kimia,biologi dan
radioaktif. Kualitas air yang baik ini tidak selamanya tersedia dialam. Dengan
adanya perkembangan industri dan pemukiman dapat mengancam kelestarian air bersih.
Sehingga diperlukan upaya perbaikan secara sederhana maupun modern.
B. Tujuan
1. Mengetahui
pengertian air asam tambang
2. Proses
terbentuknya air asam tambang
3. Cara
mengelola air asam tambang
4. Penanganan
air asam tambang
5. Dampak
dari pertambangan dan air asam tambang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Air Asam Tambang
Air
asam tambang atau acid mine drainage, istilah umum yang digunakan untuk
menyebutkan air lindian (leachate), rembesan (seepage) atau aliran (drainage).
Air ini terjadi akibat pengaruh oksidasi alamiah mineral sulfida (mineral
belerang) yang terkandung dalam bantuan yang terpapar selama penambangan. Perlu
diketahui, air asam sebenarnya tidak saja terbentuk akibat kegiatan penambangan
saja. Bahkan, setiap kegiatan yang berpotensi menyebabkan terbuka dan
teroksidasinya mineral sulfida, akan menyebabkan terbentuknya air asam.
Beberapa kegiatan seperti pertanian, pembuatan jalan dan drainase, dan
pengolahan tanah lainnya pada areal yang mengandung mineral belerang, tentu
akan menghasilkan air asam. Karakteristik pun sama dengan air asam tambang
B. PROSES
TERBENTUKNYA AIR ASAM TAMBANG
Pembentukan
Air Asam Tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan "Acid Mine
Drainage (AMD)" atau " Acid Rock Drainage (ARD)" terbentuk saat
mineral sulfida tertentu yang ada pada batuan terpapar dengan kondisi dimena
terdapat air dan oksigen (sebagai faktor utama) yang menyebabkan terjadinya
proses oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi asam. Hasil reaksi kimia
ini,beserta air yang bersifat asam dapat keluar dari asalnya jika terdapat air
pengelontor yang cukup, umumnya air hujan yang pada timbunan batuan dapat
mengalami infiltrasi/perkolasi. Air yang keluar dari sumbernya inilah yang
lazim disebut dengan istilah AAT.
AAT adalah air asam yang timbul akibat kegiatan
penambangan, untuk membedakan dengan air asam yang timbul akibat kegiatan lain
seperti penggalian untuk pembangunan fondasi bangunan, pembuatan tambak dan
sebagainya. Beberapa mineral sulfida yang ditemukan pada proses AAT FeS2, Cu2S,
CuS, CuFeS2, MoS2, NiS, PbS, ZnS and FeAsS. Pirit merupakan mineral sulfida
yang umum ditemukan pada kegiatan penambangan terutama batubara. Terbentuknya
AATditandai oleh pH yang rendah (1,5-4) konsentrasi logam terlarut yang tinggi,
nilai acidity yang tinggi, nilai sulfat yang tinggi and konsentrasi O2 yang
rendah. Jika AAT keluar dari tempat terbentuknya dan keluar kelingkungan umum
maka faktor lingkungan akan terpengaruhi.
REAKSI
KIMIA:
S
+ O2 ---> SO2 S =
SULFUR
SO2
+ H2O ---> H2SO4
C. Cara
Mengelola Air Asam Tambang
Salah
satunya, pengellaan air asam tambang. Dalam pengelolaannya, Berau Coal
melakukan secara aktif dengan menambahkan senyawa alkali kapur padam (Ca(OH)2)
yang diperoleh dari industri kapur padam masyarakat sekitar Berau. Air asam
tambang yang terbentuk terlebih dahulu dialirkan ke sediment pond. Tujuannya,
untuk mengendapkan partikel-partikel padat tersuspensi yang ada. Seterusnya,
air asam dinetralkan dengan menambahkan kapur padam melalui Liming Box yang
digerakkan oleh tekanan air.
Air
asam tambang yang telah netral, akan kembali diendapkan melalui beberapa
kompartemen settling pond sebelum dialirkan ke badan air. Untuk mengontrol
kualitas air buangan terhadap baku mutu, perlu setiap hari memonitor dan
menganalisis kualitas air tersebut.
Ada
beberapa metode pengelolaan air asam tambang ini yaitu antara lain :
1. Metode
aktif, merupakan metode yang paling efektif. Namun kurang efisien, melihat
pertimbangan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk bahan kimia dan energi
eksternal yang diperlukan. Alternatif lain, pengolahan air asam tambang secara
pasif.
2. Metode
pasif, tidak lagi membutuhkan penambahan bahan kimia secara terus menerus. Ini
akan mengurangi peralatan operasional dan pemeliharaan. Pengolahan secara pasif
mengandalkan terjadinya proses bio-geokimiawi, yang berlangsung menerus secara
alami dalam peningkatan pH dan pengikatan serta pengendapan logam-logam
terlarut. Jadi jelas, saat ini sistem pasif tercatat paling efektif dan
efisien.
Beberapa kegiatan yang
di lakukan dalam metode pasif yaitu :
a. Papan
Monitoring WMP
Penelitian dilakukan dengan 2 (dua
metode, yakni metode Successive Alkalinity Producing System(SAPS) dan Aerobic
Wetland (AW). Keduanya saling dikombinasikan dan selanjutnya disebut satu sel.
Penelitian ini menggunakan dua sel bersusun seri. SAPS merupakan salah satu
metode pengolahan pasif AAT yang terdiri atas lapisan bahan organik dan
batugamping. Keduanya disusun secara vertikal dengan ketebalan tertentu. AAT
yang diolah akan mengalir secara vertikal di dalam sistem berdasarkan tekanan
grativitas hidrolik. Berbeda dengan SAPS, AAT yang mengalir pada AW akan
mengalir secara horizontal pada permukaan sistem yang terdiri atas vegetasi
tumbuhan air dan bahan organik sebagai media tanam tumbuhan.
b.
Tumbuhan Air (Tiva) Pada WMP
Pada
sistem pengelolaan pasif, terdapat 2 (dua) proses utama yang menyebabkan
terjadinya peningkatan pH, yakni larutnya batugamping dan reduksi sulfat secara
biologis. Kedua proses ini menghasilkan alkalinitas dalan bentuk bikarbonat
(HCO3-) sebagai senyawa penetral. Adapun mekanisme terjadinya penurunan logam
terlarut, dimungkinkan beberapa hal sebagai berikut:
1.
Proses oksidasi dan hydrolisis logam yang menyebabkan terjadinya pengendapan
logam
2. Interaksi antara sulfida (S2-) yang
dihasilkan pada proses reduksi sulfat dengan logam bervalensi 2 (seperti Fe2 +
dan Mn2+) membentuk logam sulfida yang mengendap.
3. Proses adsorpsi logam oleh bahan organik
(kompos)
4. Prosrs biosorpsi logam oleh vegetasi tumbuhan
air dan mikroorganisme, seperti bakteri, fungi, dan alga yang tumbuh pada
lapisan bahan organik.
Selain
memperbaiki kualitas air asam tambang, teknologi pengolahan pasif berupa
wetland, menjadi lingkungan baru bagi kehidupan flora dan pauna lainnya,
seperti ikan, katak, dan serangga. Ekosistem batu ini sering dinamakan dengan
ekosistem wekland. Namun demekian, terdapat 2 (dua) hal utama yang harus
diperhatikan dalam penerapan pengolahan pasif tersebut, yaitu:
• Kualitas dan debit air asam tambang yang akan
diolah
• Ketersediaan dan topografi yang area yang ada
Kedua
faktor ini, akan menjadi parameter penentu terhadap jenis, ukuran dan desain
sistem pengolahan yang sesuai dengan karakteristik masing-masing area.
c. Pengukuran
Debit Air
Kedepan,
pengolahan air asam tambang PT. Berau Coal akan dititik beratkan pada kombinasi
pengolahan aktif, berupa penambahan senyawa alkali penetral dan pengolahan
pasif. Dengan metode ini, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pengolahan air asam tambang. Semua ini dilakukan, sebagai wyjud
komitmen Berau Coal untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.
D. Penanganan
Air Asam Tambang
Pengolahan
air asam harus dilakukan sebelum air tersebut dibuang ke badan air, sehingga
nantinya tidak mencemari perairan di sekitar lokasi tambang. Pengolahan air
asam dapat dilakukan dengan cara penetralan. Penetralan air asam dapat
menggunakan bahan kimia diantaranya seperti Limestone (Calcium Carbonat),
Hydrate Lime (Calcium Hydroxide), Caustic Soda (Sodium Hydroxide), Soda Ash
Briquettes (Sodium Carbonate), Anhydrous Ammoni.
1. Limestone (Calcium Carbonat)
Limestone
atau biasa dikenal dengan batu gamping telah digunakan selama berpuluh-puluh
tahun untuk menaikkan pH dan mengendapkan logam di dalam air asam. Penggunaan
limestone merupakan penanganan yang termurah, teraman dan termudah dari semua
bahan-bahan kimia. Kekurangan dari limestone ini ialah mempunyai keterbatasan
karena kelarutan yang rendah dan limestone terlapisi.
2. Hydrate
Lime (Calcium Hydroxide)
Hydrated
lime adalah suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan untuk menetralkan air
asam. Hydrated lime sangat efektif dari segi biaya dalam yang sangat besar dan
keadaan acidity yang tinggi. Bubuk hydrated lime adalah hydrophobic, begitu
lama pencampuran diperlukan untuk membuat hydrated lime dapat larut dalam air.
Hydrated lime mempunyai batasan keefektifan dalam beberapa tempat dimana suatu
pH yang sangat tinggi diperlukan untuk mengubah logam seperti mangan.
3. Caustic Soda (Sodium Hydroxide)
Caustic
Soda merupakan bahan kimia yang biasa digunakan dan sering dicoba lebih jauh
(tidak mempunyai sifat kelistrikan), kondisi aliran yang rendah. Caustic
menaikkan pH air dengan sangat cepat, sangat mudah larut dan digunakan dimana
kandungan mangan merupakan suatu masalah. Penggunaannya sangat sederhana, yaitu
dengan cara meneteskan cairan caustic ke dalam air asam, karena kelarutannya
akan menyebar di dalam air. Kekurangan utama dari penggunaan cairan caustic
untuk penanganan air asam ialah biaya yang tinggi dan bahaya dalam
penanganannya. Penggunaan caustic padat lebih murah dan lebih mudah dari pada
caustic cair.
4. Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate)
Sodium
Carbonate biasanya digunakan dalam debit kecil dengan kandungan besi yang
rendah. Pemilihan soda ash untuk penanganan air asam biasanya berdasar
pemakaian sebuah kotak atau tong dengan air masuk dan buangan.
5. Anhydrous
Ammoni
Anhydrous
Ammonia digunakan dalam beberapa cara untuk menetralkan acidity dan untuk
mengendapkan logam-logam di dalam air asam. Ammonia diinjeksikan ke dalam kolam
atau kedalam inlet seperti uap air, kelarutan tinggi, rekasi sangat cepat dan
dapat menaikkan pH.Ammonia memerlukan asam (H+) dan juga membentuk ion hydroxyl
(OH-) yang dapat bereaksi dengan logam-logam membentuk endapan. Injeksi ammonia
sebaiknya dekat dengan dasar kolam atau air inlet, karena ammonia lebih ringan
dari pada air dan naik kepermukaan. Ammonia efektif untuk membersihkan mangan
yang terjadi pada pH 9,5.
6. Penggunaan
Tawas Sebagai Bahan Koagulan
Air
asam dalam kegiatan penambangan juga bisa dipastikan akan memiliki kekeruhan
yang sangat tinggi, oleh karena itu untuk menurunkan kekeruhannya dapat
menggunakan bahan kimia seperti alum atau lebih dikenal dengan tawas atau rumus
kimianya (Al2SO4)3. Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan
karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran serta mudah
penyimpanannya.
Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada
turbidity (kekeruhan) air. Semakin tinggi turbidity air maka semakin besar
jumlah tawas yang dibutuhkan. Makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH
akan semakin turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis
tawas yang efektif antara pH 5,8 -7,4. Apabila alkalinitas alami dari air tidak
seimbang dengan dosis tawas perlu ditambahkan alkalinitas.
E. Dampak
dari pertambangan
Dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan dari
kegiatan pertambangan (aspek biogeofisik):
1. Dampak
terhadap badan air:
-
Kuantitas – misalnya turunnya muka air
tanah atau debit sungai
-
Kualitas – baik secara fisik (misalnya
meningkatnya kekeruhan) maupun
secara
kimia (meningkatnya konsentrasi unsur/senyawa berbahaya bagi biota atau
manusia)
2. Dampak
terhadap lahan – karena kegiatan penggalian dan penimbunan
3. Dampak
terhadap udara – menurunnya kualitas udara karena debu
4. Dampak
terhadap biota (karena pembersihan lahan)
Salah
satu dampak yang sangat penting adalah dampak terhadap badan air, terutama dari
aspek kualitas air.
Dampak
yang dapat ditimbulkan dari AAT adalah terhadap biota perairan, baik secara
langsung karena tingkat keasaman yang tinggi maupun karena peningkatan
kandungan logam di dalam air (air yang bersifat asam mudah melarutkan
logam-logam).
AAT
menjadi salah satu dampak penting dari kegiatan pertambangan yang harus
dikelola tidak saja karena dampaknya terhadap lingkungan perairan atau air
tanah, tetapi juga karena:
-
Sekali telah terbentuk akan sulit untuk
menghentikannya (kecuali salah satu komponennya habis)
-
Bisa berdampak sangat lama, melampaui
umur tambang; pengalaman menunjukkan bisa berlangsung sampai ratusan tahun.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. kesimpulan
1. Air
asam tambang adalah air yang di hasilkan oleh kegiatan pertambangan yang
terjadi di karenakan saat mineral sulfida tertentu yang ada pada batuan
terpapar dengan kondisi dimena terdapat air dan oksigen (sebagai faktor utama)
yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi
asam
2. Air
asam tambang dapat di kelola dengan beberapa metode agar air asam tambang ini
dapat di pergunakan.
3. Dampak
dari pertambangan yang sangat berbahaya yaitu air asam tambang di karenakan air
asam tambang ini dapat merusak lingkungan seperti tanah ,udara maupun air
.selain dari pada itu air asam tambang ini lebih sangat berbahaya dikarenakan
sekali sudah terbentuk akan sulit menghentikannya dan dampak yang di timbulkan
akan sangat lama untuk di perbaiki
B. Saran
Perlakuan yang
baik pada alam dan air akan memberikan dampak positif bagi diri manusia
sendiri.
Referensi
http://dpduniapertambangan.blogspot.com/2013/01/pengelolaan-air-asam-tambang.html
http://wwwenvdept-environmental.blogspot.com/p/air-asam-tambang.html